Menanya merupakan kegiatan / kegiatan bertanya yang berbentuk kalimat tanya merupakan kalimat yang mengandung makna sebuah pertanyaan.
Arti Kalimat tanya yakni kalimat yang berisi pertanyaan / pernyataan kepada pihak lain yang bertujuan untuk memperoleh tanggapan dari pihak yang ditanya.
Guru yang efektif bisa menginspirasi penerima didik untuk meningkatkan dan berbagi ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Pada dikala guru bertanya, pada dikala itu pula beliau membimbing atau memandu penerima didiknya mencar ilmu dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan penerima didiknya, ketika itu pula beliau mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga sanggup dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri norma hukum? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri norma hukum!
Fungsi dari Bertanya, diantaranya :
- Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian penerima didik perihal suatu tema atau topikpembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi penerima didik untuk aktif belajar, serta berbagi pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
- Mendiagnosis kesulitan mencar ilmu penerima didik sekaligus memberikan ancangan untuk mencari solusinya.
- Menstrukturkan tugas-tugas dan memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk memperlihatkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
- Membangkitkan keterampilan penerima didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi tanggapan secara logis, sistematis, dan memakai bahasa yang baik dan benar.
- Mendorong partisipasi penerima didik dalam berdiskusi, berargumen, berbagi kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
- Membangun perilaku keterbukaan untuk saling memberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta berbagi toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
- Membiasakan penerima didik berpikir impulsif dan cepat, serta sigap dalam merespon dilema yang tiba-tiba muncul.
- Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
Kriteria Pertanyaan yang Baik, diantaranya :
1. Singkat dan jelas. Contoh:
- Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menimbulkan generasi muda terjerat perkara narkotika dan obat-obatan terlarang?
- Faktor-faktor apakah yang menimbulkan generasi muda terjerat perkara narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua ini lebih singkat dan lebih terang dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
2. Menginspirasi jawaban. Contoh:
- Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka dilema sosial kemasyarakatan.
- Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, kalau suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?
Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan teladan yang diberikan guru untuk menginspirasi tanggapan penerima didik menjawab pertanyaan
3. Memiliki fokus. Contoh:
Faktor-faktor apakah yang menimbulkan terjadinya kemiskinan?
Untuk pertanyaan ibarat ini sebaiknya masing-masing penerima didik diminta memunculkan satu jawaban.
Peserta didik pertama sampai kelima contohnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak mempunyai modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif tanggapan lain, penerima didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas ibarat di atas sanggup dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan ibarat ini dimintakan jawabannya kepada penerima didik secara perorangan.
4. Bersifat probing atau divergen. Contoh:
- Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah penerima didik harus rajin belajar?
- Mengapa penerima didik yang sangat malas mencar ilmu cenderung menjadi putus sekolah?
Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh penerima didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut tanggapan yang bervariasi urutan tanggapan dan penjelasannya, yang kemungkinan mempunyai bobot kebenaran yang sama.
5. Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan sanggup diajukan dengan cara meminta kepada penerima didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melaksanakan penguatan atas tanggapan penerima didik sebelumnya. Ketika beberapa orang penerima didik telah memperlihatkan tanggapan yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan tanggapan yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh:
Guru : “Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
Peserta didik I : “Karena orang yang malas lebih banyak membisu ketimbang bekerja.”
Guru : “Siapa yang sanggup melengkapi tanggapan tersebut?”
Peserta didik II : “Karena lebih banyak membisu ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
Guru : “Siapa yang sanggup melengkapi tanggapan tersebut?”
Peserta didik III : “Orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, lantaran itu beliau tidak produktif.”
Dan seterusnya.
6. Memberi kesempatan penerima didik untuk berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, penerima didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, sesudah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa dikala sebelum meminta atau menunjuk penerima didik untuk menjawab pertanyaan itu.
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada penerima didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya:
- Apa faktor pepicu utama Belanda menjajah Indonesia?;
- Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia?
Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh tanggapan yang memuaskan, ada baiknya beliau mengubah pertanyaan ibarat pertanyaan kedua.
7. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang penerima didik untuk berbagi kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut tanggapan dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, ibarat dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, ibarat pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
Tingkatan (level) Pertanyaan
Tingkatan-tingkatan pertanyaan, yaitu :
1. Kognitif yang lebih rendah - Pengetahuan (knowledge) :
- Apa...?
- Siapa...?
- Kapan...?
- Di mana...?
- Sebutkan...
- Jodohkan atau pasangkan...
- Persamaan kata...
- Golongkan...
- Berilah nama...
- Dan lain-lain.
2. Kognitif yang lebih tinggi - Analisis (analysis) :
- Analisislah...
- Kemukakan bukti-bukti…
- Mengapa…?
- Identifikasikan…
- Tunjukkanlah sebabnya…
- Berilah alasan-alasan…
3. Sintesis (synthesis) :
- Ramalkanlah…
- Bentuk…
- Ciptakanlah…
- Susunlah…
- Rancanglah...
- Tulislah…
- Bagaimana kita sanggup memecahkan…
- Apa yang terjadi seaindainya…
- Bagaimana kita sanggup memperbaiki…
- Kembangkan…
4. Evaluasi (evaluation) :
- Berilah pendapat…
- Alternatif mana yang lebih baik…
- Setujukah anda…
- Kritiklah…
- Berilah alasan…
- Nilailah…
- Bandingkan…
- Bedakanlah…
5. Mengevaluasi :
- Temukan inkonsistensi atau kesalahan…
- Tentukan apakah suatu proses/produk mempunyai konsistensi…
- Temukan efektivitas suatu prosedur…
6. Mencipta :
- Buatlah hipotesis menurut kriteria …
- Rencanakan (proposal) penelitian tentang…
- Ciptakan/buat suatu produk…
Advertisement